Ada beberapa hal yang sulit untuk dilupakan bahkan saat kau mencoba untuk terlelap. Mencoba menutup mata dan menghempaskan dari angan barang sejenak. Orang bisa berkata dan mencoba menghibur dengan segala macam teori aneh. Life must go on, itu kata mereka. Mudah dikatakan tapi tidak mudah untuk dilaksanakan.
Pernahkah kau terpikir, keluar dari ragamu barang sejenak. Mencoba melakukan napak tilas dari seluruh rangkaian dalam hidupmu. Mencoba mengambil pelajaran dan semakin kuat darinya ? tapi sayang roh emang penurut tetapi daging lemah. Walo anganku ingin melupakannya tetapi sebagian dari diriku memeluknya sangat erat, enggan untuk melepas.
“jangan pernah jatuh cinta”,
Itulah pesan yang aku dapatkan saat memulai profesi ini. Tuntutan perut lebih besar dari akal sehat, maka dengan sangat gampang aku menundukkan kepalaku menandakan bahwa hal itu sangat mudah dilakukan. Aku hanya datang, mencoba menggoda sedikit, dengan gampang seorang pria akan menghampiriku, negosiasi dan we’re on the skin on skin. Tidak ada pagi, tidak ada malam, tidak ada kesedihan. Hanya aku dan dia dalam sebuah kamar sempit berukuran 4 x 4 m. semuanya indah dalam waktu sejam. Dalam sejam aku hanya berpura-pura mencintainya, menjadi seorang pencinta hebat dan terengah-engah. Fake orgasm dibutuhkan untuk profesi ini. Sedikit sulit di awal, tetapi saat semakin sering dilakukan. Maka hal itu akan mudah, semudah engkau membalikkan tanganmu.
Pernahkah engkau mendengar istilah ini
“seorang pria akan merasa sangat hebat jika mampu menaklukan seorang psk dalam hal bercinta ?”. demi menjaga harga diri dan ego setiap pelangganku, aku selalu bisa membuat diriku benar-benar takluk. Membuat mereka menjadi pemenang. Walau dalam diri aku merasa perih. Percayalah teman, melakukan hubungan sex tanpa cinta itu sangat menyakitkan. Percayalah !.
Setelah 4 bulan aku bekerja di club ini, aku sudah memiliki 3 pelanggan tetap. 1 orang yang selalu datang di malam rabu dengan alasan weekly meeting di depan sang istri, 2 diantaranya adalah pria yang bekerja di luar kota dan datang ke kota ini dengan tujuan bersenang-senang. Aku tidak pernah menaruh hatiku kepada satu diantara tiga pria ini atau kepada pelanggan lain yang pernah kencan sekali denganku. Walau aku tahu, banyak dari mereka yang menaruh hati padaku. Tetapi dengan cara paling halus aku menolaknya. Aku selalu mengatasnamakan profesionalitas kerja. Aku memilih kata kencan karena kedengaran lebih sopan walau fakta di belakangnya semuanya adalah hitam dan tidak mengenal norma.
Terkadang, dengan mereka aku tidak tidur or do some ‘fucking things’, tidak jarang mereka hanyalah seorang pria, seorang suami, seorang ayah yang membutuhkan teman untuk mendengarkan keluhan mereka tanpa mengintrupsi, menyela atau bahkan menghakimi. Mereka hanya membayar telingaku untuk mendengar keluh kesah mereka.
Sampai suatu hari, jumat malam … dibalik remang-remang night club ini, aku menyesap minumanku. Aku memilih untuk meminum red-wine, tidak lebih kuat dari itu dan tidak merokok. Ini juga kupelajari dari seorang klienku, pria perancis yang sangat tampan dan lucu. Dia mengatakan bahwa red-wine ini adalah minuman wanita sejati. Entah teori apa itu, tetapi aku mengamini dalam hati dan demi menjaga kesejatian ini, aku hampir selalu meminum jenis yang sama. Jika aku beruntung, maka seorang klienku akan membelikanku wine yang diproduksi di awal tahun 1900-an.
Aku tahu, dia mengamatiku dari jauh. Hanya melempar tatapan ingin tahu tanpa berusaha menyapa. Hingar bingar night club ini sangat bertolak belakang dengan kesendirian dan jarak yang tercipta diantara kami. Seakan dua kutub magnet yang saling tarik-menarik, kami bertatapan tanpa mengucapkan kata. Itu awal dia tersenyum, berjalan ke arahku dan menyapa.
“Andy”, katanya sambil menjulurkan tangannya.
“Sendirian?”, dia balik bertanya tanpa sempat aku perkenalkan diriku.
“Icha. Aku seorang PSK, dan kebetulan aku biasa mangkal di night club ini”.
Aku menjawab jujur dan tanpa beban. Tidak perlu ada yang ditutupi, seluruh penghuni night club yang biasa ke sini sudah tahu reputasiku. Tenanglah sobat ! tidak perlu mencibir. Menemukan seorang PSK di sebuah night club bukanlah suatu keajaiban.
Sejak itu, kami sering ketemu. Sekedar bicara, nonton atau melakukan pelayanan seperti yang biasa aku tahu. Semakin dia cerita, semakin aku mengenalnya. Dia benar-benar membuka diri kepadaku, dan tanpa diduga, aku juga membuka diriku kepadanya. Suka atau tidak, inilah aku. Aku menyadari bahwa diriku sudah jatuh cinta kepadanya. Sulit untuk menelan ludah dan kembali menarik kata-kataku bahwa aku tidak akan pernah jatuh cinta dalam dunia kelam ini.
Dia adalah seorang kepala bagian di sebuah perusahaan yang sangat berkembang pesat. Beban pekerjaannya bertambah. Keadaan di rumah bukanlah hal yang baik baginya untuk melepas lelah. Perjodohan demi menjaga nama baik keluarga dan mempererat silahturahmi ternyata bukanlah pilihan tepat dan pasti akan disesalinya seumur hidup. Usia perkawinannya dengan istrinya yang telah berumur 5 tahun dan pada akhirnya kutahu adalah wangsit bundanya yang menjadi ide dari rumah tangga mereka dan ini benar-benar salah.
Bahkan dalam rentang waktu itu, mereka tidak cukup saling mengenal pribadi masing-masing. Aku sempat bertanya dalam hati bagaimana mereka dapat bercinta dan memiliki seorang anak ?. buru-buru kutepis pertanyaan itu. Sepertinya itu hanya akan menjadi boomerang bagiku. Toh selama ini juga aku bisa dan biasa melakukan sex tanpa cinta. Kenapa tiba-tiba aku harus menjadi munafik ?
Suatu malam, dalam kamar kosku. Ada aku dan dia, berpelukan, telanjang dan saling berbicara.
“Kita akan terus begini ? Ketemu diam-diam ? masih alasan kerja lagi ?”, tanyaku sedikit menuntut.
“Tapi lebih baik bukan, ketimbang kita gak ketemu sama sekali ?”
“Tapi sampai kapan Dy ?”, masih tetap dengan sedikit mendesak.
“Tunggu sebentar “, percakapan kami terhenti seiring dengan dering ringtone di ponselnya.
Diriku menatap jam dinding yang masih tetap berjalan ke arah kanan, menatap foto di pinggiran ranjangku. Senyum gadis ibuku masih tetap sama. Melihat gelas yang setengah kosong berdiri di atas sebuah rak di sudut kamar. Semuanya masih tetap sama. Tetapi bukan aku. Diriku menunggu sampai ia menyudahi pembicaraan dengan manusia di ujung sana yang aku yakin adalah istrinya.
“Maap cha, aku harus pulang. Anakku sakit. Sepertinya demamnya sangat tinggi. Maafkan aku”
Terburu-buru dia mengenakan kembali pakaiannya dan dengan sedikit terburu-buru dia mengecup keningku tanpa melihat tatapan memelas di mataku. Selalu diakhiri seperti ini. Susah menjadi orang kedua dalam suatu hubungan. Apalagi dengan mereka yang sudah berumah tangga. Aku harus menelan pil pahit saat harus menjadi nomor dua seperti ini. Belum lagi ditambah kenyataan aku harus bertemu diam-diam dengannya. Sebulan lalu bahkan aku harus berpura-pura mengirimkan sms putus kepadanya. Walaupun itu hanya bagian dari scenario, tapi tetap saja jemariku enggan untuk mengetik karakter per karakter sampai membentuk suatu kalimat putus yang sadis kedengarannya.
Di tengah kesendirianku, kembali kulihat kembali hidupku, hidup pria dan wanita di dunia ini. Kitab suci mengatakan bahwa manusia, pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Tetapi sepertinya aku tercipta bukan sebagai Hawa. salahkah aku, seorang PSK jatuh cinta ? Salahkah aku memiliki seseorang dalam hidupku hanya untuk sendiri ? memeluknya dan menciumnya tanpa tatapan dan cibiran manusia-manusia sok suci lainnya ? semuanya hilang tak terjawab dalam pekatnya malam.
NB : just another fantasy story. kepikiran setelah teringat hari AIDS sedunia yang jatuh 1 desember kmaren. dan emang fakta yang ada PSK ini adalah golongan yang paling rentan terkena AIDS.