Be Happy …

Life is beatiful even for a very simple reason. Lebih dari 20 tahun gw hidup di dunia ini dan melihat banyak hal. Menjadi janin, lahir sebagai bayi, balita, tumbuh dengan manis di sekolah, menginjak masa remaja, dewasa, menjadi tua dan pada akhirnya menghadap Sang Khalik.Here I am now … gw dalam tahap transisi dari seorang remaja menjadi wanita dewasa dengan segala bentuk kematangan fisik dan mental yang gw telah maupun akan miliki.

Orang tua hidup di kota kecil dengan segala gosip kampung yang cepat menyebar dari satu telinga ke telinga lainnya seakan membuat semua orang harus tau atau setidaknya pernah dengar. Apalagi kabar sukacita yang sangat dicita-citakan orang tua. Kebahagiaan orang tua adalah jika semua anak yang dimilikinya telah menikah dan memiliki anak. Gw sendiri gak tau sapa yang mempopulerkan hal semacam ini. Apakah ini nge-trend sejak peradaban manusia memasuki abad 20? ato sabda Ilahi yang dalam kepercayaan yang gw yakini dituliskan dalam Kitab Suci “Beranak cuculah dan penuhilan bumi seperti pasir di pinggir pantai ” (stop !! jangan hitung dan bayangkan seberapa jumlahnya) yang telah dituliskan ribuan tahun lalu? Tapi satu yang pasti .. konsep berkeluarga dan memiliki anak sudah ada dari bumi ini pertama kali diciptakan. Menjadi seorang wanita yang telah mendapatkan akil balig beberapa tahun silam, mengubah sedikit komunikasiku dengan orang tua dan beberapa kenalan ke arah yang lebih “dewasa dan serius”. Sebut saja .. “siapa pacarmu ?”,”masa belum ada pacar ?”, “si A udah merit lho? belum ada niat nyusul nih ?”.
Menanggapi hal beginian, emang rada2 susah ngeles … apalagi klo kita dihadapkan di depan situasi konferensi hakim agung keluarga – sebut saja arisan keluarga atau salah satu acara keluarga lainnya. Hal terbaik yang bisa dilakukan hanyalah … senyum sedikit dan dengan suara pelan menjawab “hehhe .. tenang aja, ntar klo ada pasti dikabarin. Tunggu aja tanggal mainnya !” (kata gw ngeles kaya bajaj !)

Memiliki seorang pasangan, menikah dan kemudian memiliki anak adalah cita-cita yang diinginkan orang tua terhadap anaknya selain kesuksesan yang ingin diraih si anak dalam bidang karir. Ada 7 milliar orang di dunia ini yang memiliki perspektif berbeda dalam memaknai hidup bahagia dan menjadi seorang berarti. Gak sedikit dari manusia mengorbankan keinginan sendiri demi kebahagiaan orang lain. Ini bukan sekedar gambaran klise yang ditampilkan dalam serial tivi atau pertunjukkan opera yang bertujuan menghibur penonton dan dibalik sekelumit embel-embel “ada makna di balik setiap cerita”. Istilah “perawan tua” dan “lajang tua” seakan menjadi momok yang menakutkan apalagi jika usia semakin mendekati kepala 3. Gak sedikit orang semakin melihat dan menyalahkan kepribadian kita yang dinilai kurang baik dan kurang terbuka. The point is: memiliki pasangan bukanlah menjadi hal umum yang menentukan ukuran kebahagiaan seseorang. Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna dilengkapi dengan kemampuan berpikir rasional dan diberikan sesuatu yang disebut dengan tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab mengendalikan nakhoda kehidupannya ke arah yang dia anggap baik. Walaupun suatu saat kompas manusia salah dan menyebabkan dia jatuh, itu akan menjadi hubungan spesial antara manusia dan Sang Pencipta di hari penghakiman.

Tulisan ini bukan bermaksud menunjukkan kalo gw pendukung hidup selibat, hidup sendiri dengan segala bentuk kemandirian yang gw miliki. Gw juga masih memiliki secercah harapan akan datangnya “Prince Charming” yang akan nemenin gw dan menghabiskan sisa hidup di dunia ini yang hanya sekilas seperti asap .. muncul sebentar lalu hilang dan bergabung dengan udara. Ada sebagian yang bilang gw pemilih, sedikit “aneh” dan alasan-alasan lain yang mungkin menyebabkan gw dalam status melajang (bahasa formal dari single). Gw menghargain semua pendapat orang tentang gw. Orang bisa berkata apa-apa tapi pada akhirnya gw yang tetep akan memegang tanggung jawab terhadap diri gw sendiri. Tiap orang hidup dengan pendapat berbeda yang mengatasnamakan kebenaran. It’s totally normal my friends. Mengutip one of my favorite actress “Angelina Jolie” yang mengatakan

Lebih baik hidup sendiri dan menikmati segala yang ada daripada memiliki seseorang tetapi dia tidak sepenuhnya menjadi milikmu.

Butuh komitmen dan pengorbanan yang besar untuk memutuskan kita hidup dengan seseorang dan posisi gw sekarang masih dalam tahap pencarian. Pray for me so I can make it :).

Pada akhirnya, ini kembali ke masing-masing pribadi dalam memutuskan menjadi bahagia dalam hidup dan menjadi pribadi super dan berarti bagi diri sendiri dan orang lain.
Apakah memiliki pasangan ataupun menikah menjadi jawabannya? May be yes … may be No …