Percaya atau enggak acara tv berbasis reality show itu udah pasti menjadi acara wajib yang ditawarkan oleh sebuah stasiun tv swasta di indonesia biar bisa tetep eksis. Gak percaya ? Lihat aja kenyataan yang ada. Mulai dari termehek-mehek, jika aku menjadi, bedah rumah, masihkah kau mencintaiku, playboy kabel, cinta lama bersemi kembali, mak comblang dan taaa daaa … yang terakhir Take Me Out.
Walaupun ide acara ini jiplakan, alias bukan orisinil mereka yang punya ide dan bikin (FYI : yg punya lisence nya adalah fremantle media), tapi toh acara ini sanggup menyedot banyak penonton. Gak heran lho, klo acara ini sering jadi topik di kalangan orang-orang mulai dari anak sekolah, orang kantoran sampe ibu2 juga. Saya inget pengalaman saya ketika ngantri mie tarik laiker di Grand Indonesia kira2 2 bulan yang lalu. Sedikit intermezzo, bagi saya jumat adalah lunch day out artinya saya dan beberapa temen kantor maupun eks kantor lama memutuskan tidak membawa bekal makan siang kami dan memilih makan siang di foodcourt salah satu pusat perbelanjaan di jakarta. Biasanya sih GI menjadi tujuan utama karena alasan jarak yang dekat dengan kantor saya.
Kembali ke laiker dan take him out
“eh .. ternyata ya wijaya itu udah putus lho ama si Jessie. Aslinya mereka baru 2 minggu pacaran, ya pokoknya sejak waktu dari take me out gitu deh”
*red : wijaya itu pasangan kembar yang pernah mengikuti acara take him out dan pulang dengan masing-masing pasangan sejenis yaitu single parent*
Temennya yang lain dengan nada cukup heran bertanya
“lho … kenapa ? kayaknya mereka keliatan mesra deh, malah setau gue itu cewe ngebet banget pengen pacaran ama wijaya”
“ya gitu de, itu cewe ternyata player. alias cowoknya banyak”
Dalam hati saya mengeluh “GUBRAK”. Saya kebetulan menyaksikan episode ini dan tanpa bisa ditahan nanya ke orang tersebut.
“Lho mbak kenal ama wijaya itu ya?”
dia ngejawab dengan lagak seperti orang awam mengenal Nicholas Saputra
“oiya mbak … dia temen sekantor saya. Dia malah yang ngaku kalau mereka sudah putus”.
Saya pribadi, di awal kemunculan acara ini cukup terhibur dibandingkan acara sinetron yang menggambarkan cinta, penindasan, orang baik yang bodoh dan membiarkan dirinya teraniaya dan peran antagonis yang digambarkan dengan wanita berwajah bengis, make up tebal dan tak ketinggalan mata melotot yang cukup memaksa balita menangis sejadi-jadinya saat melihatnya.
Tapi lama-kelamaan saya merasa acara ini sama aja dengan yang lain. Terkadang intrik yang terlalu dibuat-buat. I know a reality show won’t be succeed until there’s a conflict. yang kadang menurut saya itu terlalu scripted. Lain lagi dengan peserta acara yang menurut saya kadang terlalu lebay dan aneh. Seriously, kalo mungkin kita perhatikan di akhir acara kan dijelaskan kalo yang pengen jadi peserta itu wanita single dan tidak terlibat pernikahan berumur 20-40. single dan tidak terlibat pernikahan itu bisa jadi wanita single yang sama sekali tidak pernah menikah atau mereka yang sudah menjadi janda. Baik janda tanpa paket atau dengan paket (single parent). Sebenarnya sih saya gak bahas soal status pure-single atau janda. hahahaha ~~~
Yang lama-lama bikin saya sedikit gedek itu, gak jarang para wanita itu terlalu menyudutkan kaum pria jika merasa kurang cocok dengan alasan yang sumpah saya yakin sejuta persen terlalu dibuat-buat. Saya lebih menghargai mereka yang mengaku mengatakan kurang cocok dengan cowo itu karena emang dari pertama ngeliat udah merasa kurang sreg dan kesan pertamanya kurang nendang. daripada mengatakan kalo cowo itu terlalu pendeklah, terlalu lebaylah, terlalu culun or other unreasonable reasons. Toh mereka kan bukan dipaksa untuk menerima cowok tersebut. Sistemnya ya take it or leave it to ?
Scene berikut ini juga bikin saya suka keki sendiri dan tanpa babibu akan mengganti saluran tv secepat mungkin. Misalnya nih …
Studio udah nunjukkin klo tinggal ada 2 cewe yang tersisa dan cowo harus memilih salah satu dan ternyata salah satu cewe itu adalah model
Cowo :
“ok ladies, sebelum saya memilih salah satu dari kalian. saya punya pertanyaan. Saya kan orangnya suka makan.Kalian bisa masak apa saja buat saya”
Jawaban dari salah satu peserta
“saya kan MODEL, harus jaga tubuh dan tidak boleh banyak makan. Duh, kayanya saya gak suka masak deh apalagi masakin buat kamu. Mikir dulu kali ya … atau kalo emang terpaksa paling2 masak telur dadar atau mie instant”
Mendengar jawaban ini sih saya cuma ketawa ngakak doang. Hahaha … setau saya sih model itu kan tipe wanita class A dari segi fisik dalam artian cowo-cowo pasti akan berbondong-bondong meminta dirinya untuk menjadi pacarnya. Mereka tidak perlu mengemis kepada cowo untuk menjadikan mereka pacar atau mengikuti acara seperti ini untuk mendapatkan seorang pacar. Sejujurnya sih saya tidak mengetahui mereka itu sejenis model apa. Apa bener-bener model yang melenggak di atas catwalk dengan membawakan baju perancang model tertentu, model katalog untuk suatu produk MLM, model kalender yang biasa dihadiahkan cat genteng setiap awal tahun atau *maap* hanya menjadi model tabloid harian esek-esek ibu kota. Atau mereka mengikuti acara ini cuma buat numpang setor tampang di TV dengan harapan salah satu production house akan mengajak mereka gabung di sinetron striping kejar tayang berikutnya. Trying so hard to be popular and be a social climber. Tidak tahu juga. Karena saya punya kenalan yang nyaris menghalalkan segala cara untuk menjadi seorang bintang dan muncul di televisi. A desire to be popular can kill you sometimes.
Tulisan saya ini bukan mo nyudutin mereka yang ikutan jadi acara ini. Bukan sama sekali. Ada banyak cara orang untuk menemukan pasangan hidupnya dan mungkin mengikuti acara ini adalah salah satu alternatifnya. Saya hanya kurang sreg kepada mereka yang menjadi peserta dan bertingkah arogan dan sok laris di sana *aslinya belum laku, makanya ikutan*. Menolak pria dengan alasan yang paling menyakitkan dan kadang menjatuhkan, apalagi diiringi gelak tawa penonton di studio.