Call On Me

When you’re low
And your knees can’t rise
You feel helpless
And you’re looking to the sky
Some people would say
To accept their fate
Well, if this is fate
Then we’ll find a way to cheat
‘Cause, oh, oh, oh, oh, oh we’ll say a little prayer
But, oh, oh, oh, oh, oh if the answer isn’t fair
You know you can call on me
When you need somebody
You know you can call on me
When you can’t stop the tears from falling down, down, down
You know you can call on me
Call on me, darling
You know you can call on me
Call on me, darling (call on me)
When you’re weary
And the road is dark
And I’ll guide you
With the beating of my heart
And if the cavalry
And the help don’t come
Well, then we’ll find a way
To dodge a smoking gun
‘Cause, oh, oh, oh, oh, oh we’ll say a little prayer
But, oh, oh, oh, oh, oh if the answer isn’t fair (then call on me)
You know you can call on me
When you need somebody
You know you can call on me
When you can’t stop the tears from falling down, down, down
You know you can call on me
Call on me, darling
You know you can call on me
Call on me, darling (call on me)
When you’re, you need someone (just call on me)
You need somebody to cling to (call on me)
When you’re, you need someone (just call on me)
You need somebody to dry your tears
When you’re, you need someone (you can call me)
You need somebody to cling to (just call on me)
Just call on me, love (just call on me)
Just call on me, love (call on me)
Just call on me, love (just call on me)
Just call on me, love (call on me)
Just call on me, love, on me
Songwriters: Peter James Wadams / Starley Marie Hope
PS:
This past few weeks  I am not really that okay. It is a big lie if I told you that i’m fine while actually i am not. Tons of shit happens and I am on my way to overcome that. Don’t know whether I am going to come as a winner or a loser at the end of this battle. Last two songs posted here are current-soundtrack-of -my-life

heavy

“Heavy”
(Linkin Park feat. Kiiara)

I don’t like my mind right now
Stacking up problems that are so unnecessary
Wish that I could slow things down
I wanna let go but there’s comfort in the panic
And I drive myself crazy
Thinking everything’s about me
Yeah I drive myself crazy
‘Cause I can’t escape the gravity

I’m holding on
Why is everything so heavy?
Holding on
To so much more than I can carry
I keep dragging around what’s bringing me down
If I just let go, I’d be set free
Holding on
Why is everything so heavy?

You say that I’m paranoid
But I’m pretty sure the world is out to get me
It’s not like I make the choice
To let my mind stay so fucking messy
I know I’m not the center of the universe
But you keep spinning round me just the same
I know I’m not the center of the universe
But you keep spinning round me just the same

I’m holding on
Why is everything so heavy?
Holding on
To so much more than I can carry
I keep dragging around what’s bringing me down
If I just let go, I’d be set free
Holding on
Why is everything so heavy?

I know I’m not the center of the universe
But you keep spinning round me just the same
I know I’m not the center of the universe
But you keep spinning round me just the same
And I drive myself crazy
Thinking everything’s about me

I’m holding on
Why is everything so heavy?
Holding on
To so much more than I can carry
I keep dragging around what’s bringing me down
If I just let go, I’d be set free
Holding on
Why is everything so heavy?

Why is everything so heavy?
Why is everything so heavy?

LOW …

One man said “take a step back, to have few steps ahead”.

Until this note has been posted, I forget the last time I got  a proper sleep. I overthink about everything. Living alone away from family for such a long time makes you think the negative side can overweigh the positive side.

I cannot sleep, like I am serious. I’ve been a kind of people who can sleep easily. I can even sleep while I am standing in a public bus. I am the first people who are going to sleep in flight even before take off. I worry and have worst nightmares during my sleep, then I hate to wake up every morning. Now, I come to a point where I want this to stop.

I am tired, feel useless and lost my passion. I’ve been stressed. I cried more than 5 times this month only (I’ve not been a kind of people who cries a lot. nope). I lost weights and appetites. All I want is the real me. Who are passionate in going to work, debating silly to important things with everyone, laugh and going out every weekend, hit the gym 3 times a week and smile in my red lipstick.

I am not okay right now. I need to think and help myself. Again, like one man said “take a step back, to have few steps ahead”. or like my boss said “sometimes, we need to lose a battle to win the war”. That’s what I am going to do.

curhat : odontectomy (operasi geraham bungsu)

Apa itu? well, kalau dari hasil googling. Odontectomy adalah

Removal of teeth by the bending back of a mucoperiosteal flap and excision of bone from around the root before the application of force to remove the tooth (source)

Kalo bagi saya pribadi: sakit tak terkatakan dan diet super cepet !

Nah, ceritanya ini berawal dari beberapa minggu lalu dimana saya merasakan sakit yang teramat sangat di geraham kanan bawah dan efeknya sampai ke telinga dan leher. Bahkan untuk menelan saja terkadang susah. Karena saya tipe yang malas berurusan dengan dokter, maka saya hanya mengkonsumsi painkiller saja (saya memilih cataflam 50). Tapi, namanya painkiller, ya efeknya cuma temporary doang. Saat dikonsumsi dan setelah beberapa jam, sakitnya hilang. Kemudian, balik lagi nyut-nyutan.

Akhirnya saya menyerah juga dan memilih mengunjungi dokter gigi. Waktu itu, saya coba konsultasi ke drg.Indah di RS. Mitra Kemayoran. Setelah dicek sekilas, dia merekomendasikan saya untuk melakukan foto panoramik. Di RS. Mitra Kemayoran sendiri, foto panoramik ini sendiri dikenai biaya Rp.140.000. Karena saya datangnya cukup pagi, proses ini sendiri hanya memakan waktu 20 menit, dari registrasi – menerima hasil foto.

Dari sana, saya kembali lagi ke poli gigi. Dokternya lihat hasil fotonya dan akhirnya rekomendasi pengobatan yang dia berikan di luar dugaan saya : “Ehm, bener ini giginya. Kamu harus dioperasi nih. Kalau enggak bakalan sakit terus”. Kalau mau dijelaskan dengan gambar yang nyata, maka kira-kira beginilah keadaan gigi saya sebelum operasi (gigi geraham bungsu mendorong gusi dari dalam, pada akhirnya menyebabkan gusi meradang).

bagian gigi yang terkena impaksi (courtesy: klikdokter.com)

sedangkan gambar berikut adalah hasil foto panoramik dari lab:

bagian gigi yang terkena impaksi (bawah: operasi, atas: cabut)

Kemudian dia menuliskan surat pengantar operasi dan meminta saya untuk melakukan appointment sendiri. Saya sempat konsultasi dengan doi tentang kondisi gigi saya tersebut. Kesimpulannya, penyebab gigi saya sakit adalah akibat tumbuhnya geraham bungsu di bawah gusi yang mengakibatkan gusi meradang. Berhubung ini geraham bungsu, tidak seperti gigi susu, belum tentu gigi tersebut akan tumbuh menembus gusi. Jadi, kemungkinan dia tetap di bawah gusi dan menimbulkan rasa sakit itu sangatlah mungkin. Kalau istilah kerennya di dunia kedokteran, gigi saya mengalami impaksi bony vertical impaction (impaksi karena desain rahang dan syaraf sehingga ada gigi yang separuh atau bahkan seluruhnya tertahan dalam gusi). Kira-kira begini gambarannya:

bony vertical impaction (courtesy: animated-teeth.com)

Di luar impaksi, gigi geraham bungsu bisa tumbuh normal apa adanya walaupun ternyata tidak berguna juga (selain hanya menambah jumlah gigi doang) karena informasi dari dokter gigi yang saya dapatkan, makanan yang kita kunyah itu tidak selalu melibatkan geraham bungsu. Efek yang ada, hanya menambah kotoran di gigi doang, sedangkan kebanyakan sikat gigi yang beredar akan sulit mencapai titik tersebut (belum lagi kalau orangnya tipikal manusia yang tidak menikmati saat-saat menggosok gigi).

Pada akhirnya, saya mengalah dan mengikuti pesan dokter untuk melakukan odontectomy.
Operasi sendiri saya lakukan di RS.St.Carolus. Pertimbangannya adalah biaya. Di sana lebih murah dibandingkan dengan RS. Mitra Kemayoran. Untuk biaya odontectomy ini sendiri, kisarannya beragam. Dari 3 juta lebih, tergantung rumah sakit dan tingkat keparahan gigi (karena pasti ngaruh juga ke effort sang dokter bedah). Untuk biaya operasi yang saya lakukan ini, total biaya yang saya keluarkan adalah 4.3 juta. Termasuk operasi gigi geraham bungsu kanan bawah, cabut gigi atas (dengan komplikasi berat), biaya anestesi dan obat.

Drg yang melakukan operasinya adalah Drg. Thomas SpBM. Saya membawa hasil foto panoramik gigi saya dan surat pengantar dari drg. Indah. Saya melakukan appointment di sabtu pagi & dapat jadwal operasi senin pagi. Senin pagi, sesampainya disana … basa-basi sedikit dan akhirnya saya disuruh mangap. Dicek sebentar dan dibandingin dengan hasilfoto panoramiknya dan ternyata … gigi yang dicabut harus sepasang (geraham bungsu kanan atas dan bawah).

Kenapa ?
Karena ternyata kalau cuma gigi bawah yang dioperasi tanpa disertai gigi atas, maka gigi tersebut akan melukai dan tidak menutup kemungkinan menyebabkan gigi di seberangnya menjadi infeksi dan hal itu kelihatan nyata di gigi saya. Gusi geraham kanan bawah sudah meradang. Makanya tidak heran kalau efeknya terasa banget di saraf leher dan telinga.

Sejujurnya saya takut dan gak santai, bahkan saking takutnya saya baru bisa tidur jam 2 subuh (operasinya sendiri adalah jam 9 pagi di hari yang sama).
Saya disuruh rileks di kursi dokter gigi, disuruh rileks dan doa kemudian mulailah hal-hal mengerikan berdatangan. Berhubungan saya penakut, saya minta wajah saya ditutup kain saja, saya gak mau melihat benda-benda apa saja yang akan dimasukkan ke dalam mulut saya atau berapa jumlah darah yang sudah terbuang. Operasi odontectomy ini adalah operasi lokal (bagian mulut dan gigi doang), maka biusnya pun dilakukan secara lokal. Tapi tetep aja ya cin, bagian mulut dan gigi itu sensitif jadi masih dibius saja udah cukup membuat saya ketar-ketir.Ada beberapa lokasi yang dibius, tapi yang paling menyakitkan adalah bius di langit-langit mulut. Waktu saya operasi kemarin, ada 4 kali suntikan bius. Setelah kira-kira 10 menit saya dibius, mulailah saya merasakan pisau bedah, pingset gigi, sampai bor menari-nari di dalam gigi saya. Operasi diakhiri dengan menjahit bekas gusi yang dibedah, saya cuma sempat ngintip sedikit bagian ini doang, abis itu merem lagi. Kan gigi saya ada di bawah gusinya, jadi gusinya harus dirobek sedikit dulu untuk bisa mengeluarkan giginya. sakit ? gak donk … kan udah dibius (jangan ngebayangin dalam keadaan gak bisa dibius, bisa ngilu seluruh tubuh).

Setelah gigi bawah dioperasi, giliran yang bagian atas, Karena gigi tersebut sudah numbuh maka tidak perlu dilakukan operasi, hanya cabut gigi biasa saja. Kira-kira 40-60 menit operasinya selesai dan saya diberikan casa gigi untuk ditempelkan di daerah bekas operasi dan cabut gigi. Saya senang operasi ini berjalan sukses, semoga saya gak menderita sakit gigi yang mengenai syaraf lagi. Pesan saya bagi yang ingin melakukan odontectomy adalah:

  • Percayalah kepada dokter gigi dan bedah mulut. Mereka pasti merekomendasikan yang terbaik buat kita.
  • Kalau boleh dapatkan appointment di antrian pertama. Jadi gak perlu denger-denger jeritan mengerikan di antrian sebelumnya (ini bisa makin bikin takut lagi).
  • Setelah selesai operasi, jangan lupa mengkonsumsi obat antibiotik dan painkiller yang biasa sudah diresepkan dokter setelah selesai operasi (jadi jangan terlena di operasinya, sampai lupa untuk menukar resep dokter).
  • Istirahat yang cukup
  • Kurangi aktifitas yang melibatkan mulut dan gigi (beberapa hari setelah operasi, saya mengkonsumsi makanan cair)
  • Jangan kumur-kumur dan meludah (seenggaknya sampai minggu pertama dan bekas jahitan dibuka)
  • Di beberapa kasus (termasuk saya), mungkin di hari pertama setelah operasi darah masih mengucur (tenang aja, sedikit kok) dari daerah bekas pembedahan. Untuk menguranginya, kita bisa minta cadangan casa gigi atau mengompres daerah pipi (atau daerah lain di sekitarnya) dengan es batu. Lakukan maksimal 10 menit. Hal ini cukup membantu proses pembekuan darah.
  • Akhir kata, emang operasi ini sakit. bikin pipi bengkak berhari-hari, susah mangap (apalagi makan), bagi saya sendiri sampai susah nelan. Tapi bukan jadi akhir segalanya..

PS: post ini semata-mata saya tulis dari pengalaman seorang awam yang melakukan odontectomy. Sekedar berbagi buat siapa saja yang berniat melakukan odontectomy. Jadi, jangan lakukan konsultasi gigi dengan saya. Finally, thanks for reading..

Life, as we know it ! (personal’s view)

Kehidupan ini adalah sebuah siklus. Saya percaya segala sesuatunya akan kembali ke suatu titik akhir. Kelahiran akan diakhiri dengan kematian. Kebahagiaan di hari kelahiran selalu akan ditutup oleh air mata kesedihan di hari kematian. Entah suka atau tidak, begitulah hidup ini adanya. Bahkan jalur yang terbentuk juga memiliki persamaan. Seperti alam yang terbentuk, ada bukit dan lembah, hidup juga demikian adanya. Ada saat dimana kita merasa bahagia, dan merasakan jiwa kita keluar sesaat dan merasakan “hidup ini indah dan aku ingin hidup lebih lama”. Sebaliknya, ada lembah yang kadang mengajak kita jatuh bersamanya hingga ke dasar dan membuat kita mengambil keputusan sesaat “saya lebih baik mati saja”.

 

life !
life in kanji (courtesy of : http://www.halcyonflux.com)

Masalah, telah ada seiring dengan eksitensi manusia. Jenis masalah dan resistensi terhadapnya juga memiliki keragaman tersendiri. Sebagian bertahan dan kebal oleh karenanya, sebagian memilih untuk berhenti sebelum tiba garis finish. Sebagian memilih untuk berbagi cerita dengan orang lain dengan alibi meringankan beban sebagian memilih untuk diam dan menyimpan dalam hati. Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih dalam keadaan lugu dengan seragam biru putih saya, teman terdekat saya kehilangan kedua orangtuanya. Jabatan anak sulung membuat posisinya menjadi serba sulit. Cita-cita yang sudah dia rancang di hari depannya menuju ketidakpastian dan bahkan mustahil. Dia memiliki banyak adik yang mau tidak mau menjadi tanggung jawabnya. Walau tidak suka, tapi inilah suratan takdir bahwa dia harus berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi terlebih kepada saudara kandung yang menjadi warisan kematian orangtuanya. Di sisi lain, saya memiliki seorang teman wanita. Perihal uang bukanlah hal yang berat bagi dia seperti teman saya. Dia hanya ingin suaminya menjadi lebih manis, lebih melihatnya sebagai pasangan hidup bukan sebagai aset yang harus dijaga dengan sikap posesif. Terkadang dia merasa, haknya sebagai manusia dipertanyakan. Tetapi kepada siapa menuntutnya? Di lain hari, saya juga memiliki seorang teman dengan orang tua yang sangat suka sekali mendikte. Sepertinya sejak dia lahir, jalur hidupnya sudah ditentukan. Umur 7 tahun akan kemana, beranjak dewasa menginjak belasan akan menjadi apa, dan tiba waktunya menentukan pasangan hidup, hal itu juga tak lepas dari dikte sang orang tua. Hal ini belum lagi ditambah dengan kenyataan hidup bahwa beberapa manusia di belahan dunia ketiga hidup dengan pendapatan di bawah rata-rata dan tidur beratapkan bintang saat cerah dan curahan air di saat hujan.

 

life, lonely, sad, happy …

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengalami depresi yang begitu hebat. Saat itu saya merasa bahwa dunia ini tercipta untuk banyak orang, tetapi bukan saya salah satunya. I mean, the world choose someone else but me. Saya hanya menjalani saat-saat yang ada hanya karena sebuah mekanisme otomatis tanpa ada warna di dalamnya. Seperti detik berganti selama 60 kali menjadi menit, dan menit berdetak 60 kali menjadi jam begitu seterusnya sampai menjadi hari, minggu, bulan dan berganti tahun. Tepatnya, saya seperti zombie. Saya kehilangan berat badan beberapa kg dan kelihatan lebih kurus dari pertama sekali saya datang di sana. Saya memutuskan bahwa saya harus melakukan sesuatu, menemukan hobby baru dan orang yang bisa menerima saya apa adanya. Saya percaya bahwa cinta yang sesungguhnya terbukti saat kita bisa menerima orang lain apa adanya, terlepas dari kelemahan yang dia punya. Saya tidak ingin berakhir menjadi seorang zombie.

Saya tidak ingin membandingkan masalah saya dengan mereka yang mungkin kelihatannya saya lebih beruntung dari mereka atau sebaliknya. Penderitaan dan kebahagiaan sudah menjadi paket yang tidak bisa lepas dari manusia semenjak dia diputuskan untuk hadir di planet yang bernama bumi ini. Hanya tidak semua orang bisa membagi porsi yang sama antara tertawa dan airmata. Saat saya memutuskan untuk menemukan hobby baru dan membuka pergaulan saya terhadap orang lain saya tahu bahwa saya berhak bahagia menurut cara saya sendiri. saya hanya perlu membuka diri saya dan mengetahui bahwa sebenarnya saya mempunyai sumber-sumber untuk keluar dari masalah tersebut. Saat saya merasa secara pribadi saya hancur berkeping-keping bahkan saya merasa saya sudah melihat onggokan badan saya yang hancur telah tersebar kemana-mana. saya merasakan kebahagiaan saat saya menemukan hobby baru saya (membaca dan menulis) dan menemukan teman baru yang bisa menerima saya, saya tahu bahwa saya berhak bahagia. Saat saya menyentuh kebahagiaan itu dengan ujung jari saya, saya tahu saya tidak bisa berhenti sampai saya benar-benar menggenggamnya, merengkuhnya, membiarkanya mengalir ke seluruh tubuh saya dan merasakannya. Setiap kita pribadi hidup di bumi memiliki hak dan kewajiban, sudah menjadi tugas kita untuk mencari kebahagiaan di kehidupan yang singkat ini, walau sedang dalam masa kegelapan, dalam bentuk sekecil apapun.

I believe, everyone deserves happiness ! Happy Valentine Days !

 

sehari dengan miss hennie

Everybody likes talking about themselves right ?. Jadi gak ada salahnya saya menceritakan secuil kisah tentang hidup saya. Ide ini muncul dari acara reality show TV yang menggambarkan kehidupan seorang selebritis dari bangun pagi – mau tidur. Singkatnya SEHARIAN BERSAMA *nama artis*. So, let’s pick my name.

Pagi, 06.00

Beker di tepi ranjangku berbunyi, dan saya berusaha mematikannya sendiri tanpa menunggu dia menyerah. Bodoh jika menunggu menyerah, dia tidak akan berhenti menjerit. Menjejakkan kaki dengan hati-hati ke lantai kamar yang dilapisi karpet kain. saya memiliki suatu sifat aneh yaitu meletakkan semua laptop saya di atas karpet setelah saya menggunakannya. Ide menulis blog ini sendiri  muncul tepat saya akan tidur. Aneh ? that’s me :D.

Pagi 06.00 – 06.30

Memasak bekal makan siang yang akan saya bawa ke kantor. Saya mengidap syndrome-paranoid-makan-siang-di-daerah-pinggiran. Ini saya dapatkan sejak saya keracunan makanan di sebuah rumah makan di belakang Plaza Indonesia. *dekat dengan kantor saya*

06.30 – 08.00

Aktivitas beres-beres, mandi, berpakaian, sarapan dan menonton sedikit gossip pagi. Saya suka terkikik melihat gossip tak penting muncul dari seorang artis yang sama tak pentingnya juga. Saya bisa duga dengan pasti, ini pasti penulisnya seorang wartawan yang kehabisan ide menimbulkan rumor yang bisa cukup menggugah jiwa-jiwa gossip di seantero Indonesia.

08.00 -09.00

Antri di halte busway, sedikit melengos kepada sesama fans busway yang tidak mengerti betapa pentingnya arti antri untuk menciptakan kerukunan dan keamanan dalam dunia mass rapid transportation. Sumpah, saya lihat dari hari ke hari semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah halte dan rute busway.

08.30

Bergelantungan dengan sukses di sebuah bis transjakarta

08.48

Sialan ! masih tetap dalam pose yang sama. Bergelantungan di bis transjakarta.

09.00

Sampai di kantor, say hi kepada anggota tim lain dengan tatapan meminta maaf jika ternyata mereka duluan tiba dari saya. Cek email dan wohoho  … saya selalu mencek spam setiap pagi. Bukan karena apa … tapi kadang di luar kehendak saya, email yang seharusnya bukan spam tapi malah nongkrong di sana

From : Horneybiz                             Subject : Vibrator for Sale

From : Playboy Mansion               Subject : Download free Nude Playmate in Lingerie !

From : Casino de La Vegas            Subject : Congratulations ! You’re lottery winner …

Sayang sekali, pagi ini saya hanya menemukan spam mesum dan tipuan bodoh soal lottery yang saya menangkan. Padahal seyogyanya, saya tidak pernah mengikuti undian demikian.  Select all and Delete Permanently !

Aktivitas kerja dimulai 15 menit kemudian. Mata mulai memicing, kadang jidat berkerut, usap-usap dagu walau saya tidak brewokan dan dalam titik error tertinggi, seteguk air putih cukup membantu. Dalam saat tertentu saya hanya cukup mendengar, memberikan sedikit pendapat atau menjelaskan masalah *baca : meeting*

12.00 – 13.00

Makan siang bekal yang dibawa dari rumah. Dan jika merasa waktu senggang cukup terasa, browsing atau ngeceng bentar ke mall dengan harapan SALE SEASON selalu ada. Jika ada barang yang mengena di hati saya akan membelinya, tetapi sebaliknya jika tidak sepotong roti cukup menghibur

13.00

Kembali ke kantor dan memulai aktivitas memicingkan mata, jidat berkerut, seteguk air putih plus acara ngantuk-ngantuk.

15.00

Masih sedikit mengantuk. Tetapi deadline berkata sebaliknya

17.00

Ternyata pekerjaan masih banyak. Maka bisa dipastikan kalo hari ini overtime adalah sebuah keharusan bukan pilihan. Bedanya dengan jam kerja resmi, jam kerja pada rentang ini sedikit lebih berwarna. Beberapa kali jendela messenger YM atau GTalk *terkadang juga MSN Messenger* muncul di layar laptop saya. Saya tidak ingin mempercepat kenaikan asam lambung saya dengan mengerjakan pekerjaan yang sama dan cara yang sama. Terkadang saya maen facebook *tapi ini sangat jarang* dan sayang sekali walau saya memiliki account twitter. Saya hanya pernah update di saat pertama sekali saya memilik account tersebut. Selebihnya ? teronggok tak jelas di suatu pojok di dunia maya.

Jam 19.00

Jika pekerjaan sudah selesai maka saya memutuskan pulang, sebaliknya jika harus extend overtime, maka saya memutuskan untuk coffee break. Saya akui terkadang sulit berkonsentrasi di saat waktu yang seharusnya pulang. Secangkir kopi panas cukup membantu. Pengalaman kerja menjadi seorang IT Consultant mau tak mau memaksa saya untuk sedikit bersahabat dengan kopi.  Apakah saya pecandu ? sejujurnya tidak, terkadang sama seperti overtime. Minum kopi adalah suatu keharusan bukan pilihan.

Jam 21.00

Jika cukup beruntung, maka pada waktu ini saya sudah duduk manis di depan tivi dan menonton acara favorit saya “opera van java”, jika tidak tentu saja saya masih teronggok dengan sisa-sisa fans busway yang akan mengantarkan saya pulang.

Jam 21.05

Berada di dalam busway, mendengarkan percakapan dua orang ABG cewe yang memperdebatkan siapa yang lebih keren antara Charly “ST21” atau Rizky “The Titans”. Oh My God, please deh .. I think both of them were already sold out (taken).

21.30

Tiba di kosan. Beresin kamar dan piring kotor sisa sarapan tadi pagi.

behind the scene “MUDIK”

keren kan ?

What was I doing in my Christmas and New Year ? Jawabannya gampang. MUDIK

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa (sedikit formal nih ceritanya), maka akhirnya saya bisa mudik juga setelah dua tahun enggak pulang-pulang ke rumah. Niatnya sih mau sampe tiga tahun, tapi saya tidak sanggup saingan dengan bang Toyib, yang udah gak pulang-pulang selama tiga kali puasa dan tiga kali lebaran.

Tiket udah di tangan, izin cuti juga udah di tangan. Tapi ya bo, namanya kerjaan ternyata tahun ini harus sepaket juga dengan cuti. Alhasil di bandara, saya bawa laptop sebagai tentengan. Walau ternyata klien saya cukup baik di akhir tahun kemaren. Mereka cukup merasa damai dan tidak ada telepon complain. Yang ada pemintaan untuk bantu benerin program temen.

Gak ada masalah di awal saya berangkat ke rumah, semuanya baik-baik saja. Saya check-in tepat waktu, pesawat juga tidak delay, belum lagi sampai di bandara sudah ada bus sewa yang membawa saya ke rumah. Sebagai pemberitahuan, keluarga saya tinggal di sebuah kota kecil yang indah di pinggiran Danau Toba. Namanya Parapat. A beautiful place to be remembered. There’s always a lot of fun and great things which you can’t leave behind. Walau tidak sepenuhnya saya menghabiskan masa kecil saya di sana, tapi kota kecil itu seakan-akan kutub magnet yang menarik saya dengan kuat untuk selalu kembali.

Saya tiba malam hari, disambut oleh keluarga besar saya yang baru saja merayakan Natal keluarga. Senang sekali, badan lelah seakan-akan lupa dengan tawa senyum dan keramahan mereka. Belum lagi celotehan lucu keponakan yang ala batak juga pastinya. Saya senang, banyak orang datang dari berbagai tempat ke sana, bela-belain macet, bela-belain tempuh waktu berjam-jam sedangkan saya hanya tinggal berjalan kaki saja dari rumah tinggal. Cuti saya habiskan dengan kumpul dengan keluarga, ketemu teman-teman masa kecil, bantuin nyokap jualan, dan ngeceng di beberapa tempat yang selalu punya ruang di hati saya. Semuanya sejuk dan indah.

Ternyata jumlah pengunjung yang menghabiskan masa liburan dan tahun baru mereka, melonjak dua kali lipat dari tahun kemaren. Jadi gak aneh juga kalo saya merasa dejavu. Kok berasa kemacetan depan kantor saya yang notabene ada di daerah Thamrin seakan-akan pindah tempat. Hotel yang sebelumnya saya kira terlalu mubajir ada sebanyak itu ternyata diserbu abis ama pengunjung. Gak jarang dari mereka, dengan nyali yang ada coba tanya ke rumah penduduk apa mereka menyediakan penginapan yang bisa disewa. Tapi macet ini saya gak complain, malah saya syukurin. Orang-orang di daerah saya merasakan berkah tersendiri. Bisa dimaklumi, lebih dari setengah penduduk yang tinggal di sana mendasarkan hidup mereka dari sektor pariwisata. Kebetulan yang baik sekali, kebanyakan tamu yang berkunjung pasti belanja di sana.

Jadwal pulang bukan hal yang indah. Kalau waktu perginya kemaren saya semangat ’45 tapi gak begitu dengan pulangnya. Sebelumnya saya niat untuk pulang sehari sebelum jadwal keberangkatan pesawat saya ternyata harus ditunda. Semuanya penuh dengan penumpang. Maka saya bangun subuh di hari keberangkatan, yang sempat Cuma cuci muka ama gosok gigi doang. Saya nebeng mobil keluarga lain yang ternyata satu tujuan dengan saya. Apalagi kalo bukan bandara.

Sampe di bandara masih jam 11 lewat. Padahal pesawat saya baru berangkat jam 4 sore. Dengan modal pede dan badan bau, saya asli jadi mati gaya di sana. Karena masih lama, niat juga cari oleh-oleh. Apalagi kalau bukan bolu Meranti. Apalagi inget pesen temen-temen di Jakarta yang formatnya begini

“eh bo, entar klo mudik bawaain bolu meranti ya buat oleh-oleh. Yang rasa keju ya kalo boleh”

Blog ini juga mo negasin, kalau pada akhirnya saya gak bawa apa-apa. Bukan karena pelit, antrian di counter Meranti udah ngalahin BLT – Bantuan Langsung Tunai. Parahnya, mereka bilang kalau emang saya niat beli, disuruh datang lagi jam 3. Hahahah … yang bener ajah cin, pesawat saya berangkat jam 4 kurang. Cari di bandara juga ternyata bukan ide bagus. Semuanya ludes yang pake merk Meranti. Padahal di sana harganya udah dinaekin > 10.000 IDR. Yang tinggal hanya kw-2 dari Meranti. Namanya Morrati. Ketimbang tengsin Cuma bisa bawa kw2, ya mending gak usah bawa. Hahahah ….

Kecewa karena gak dapet Meranti ditambah lagi dengan suasana bandara Polonia yang tetep bikin saya dejavu. Gimana enggak, lebih mirip ama terminal Pulo Gadung kala musim lebaran tiba. Rame banget. Belum lagi keanehan di sana. Sumpah saya heran, di sana orang bebas sekali merokok di tempat umum walau papan peringantan “DILARANG MEROKOK” ditulis segede gaban dan ruangan ber-AC. Pesawat saya take-off tepat waktu, thanks GOD tidak ada delay.

Suasana pesawat tidak bersahabat, saya kebagian jatah duduk dengan keluarga muda yang baru dikaruniain seorang anak umur 12-13 bulan yang mulai dari pesawat take-off sampe landing nangis terus. Kebayang gak bo ? dua jam perjalanan mp 3 muter tangis balita yang nangis sejadi-jadinya. Udah badan rontok, gak mandi, gak bisa bobo lagi.

Jakarta, I come again …

Saya tiba di Jakarta jam 6 sore lebih sekiprit. Ambil bagasi dan nyetop Damri. Tiba kembali di kos, istirahat bentar trus mandi …. *hahaha … gak kebayang deh gimana gembel nya saya disitu*

Walo capek dan letih gitu … saya gak kapok untuk bisa mudik lagi tahun depan. Hope, every year I’ll be home for Christmas J. By the way anyone … happy new year, hope each of us will be better in this 2010.

another “tengsin” story

Test kejujuran kali ini dimulai dengan pertanyaan berikut :
“Berapakah dari anda yang pernah merasa super duper tengsin setelah mengatakan sesuatu yang sedikit menjatuhkan orang yang telah membantu anda ?”

shy_boy

*acung jari ato angkat tangan*
Cerita ini settingnya udah beberapa minggu lalu ketika salah seorang temen saya dengan inisiatif penuh mengirimkan mass message dengan judul “karaokean”.Judul subjek yang tentunya tidak akan mengalihkan pandangan mata saya (FYI: I love karaoke .. yippy). Walau awalnya saya tidak berniat menghadiri acara tersebut dengan alesan saya hanya mengenal 1/4 undangan yang menyatakan diri akan hadir, maka keputusan akhir saya adalah “hadir”.

Seyogyanya, acara karaokean cuma berlangsung 2 jam *tentu saja diwarnai dengan suara penyanyi dadakan bervokal seadanya, sebatas mike dan ruangan karaoke dengan kapasitas 15 orang*, maka pengalaman menyanyi 2 jam tersebut cukup menjadi bukti kuat akan teori “hampir setiap orang merasa bahwa mereka bisa bernyanyi” (jangan pandang saya seperti itu karena tentu saja saya masuk dalam daftar orang tersebut).

Walo hanya membawakan 2 lagu (dua2nya dibawakan secara duet), maka satu hal di benak saya adalah pulang dengan taxi. Tetapi karena ada teman baru yang berjenis kelamin cowok menawarkan diri untuk mengantarkan (jangan harap saya GR, cuih … dia itu nawarin diri karena ternyata rumah kita searah). Cerita diawali dengan percakapan standar, nama, pekerjaan, hobi dan tetek bengek yang gak jauh-jauh dari unsur kenalan.

Cerita makin lama makin memanas ditambah dengan daerah menteng yang mendadak jauh seperti ciledug – bogor (kita mutar-mutar cari jalan paling gampang dari semanggi – menteng), topik yang awalnya kenalan akhirnya mulai mengarah ke teknik.
Beginilah percakapan yang terjadi (buat elu yang kmaren gw tebengin, maap-maap kata klo gw ada salah comot omongan elu)
Temen gw (mr.x), gw … (sang pemilik blog)

mr.X : “oohh .. jadi elu kerjanya jadi programmer toh” (di awal saya menjelaskan bahwa saya mencari sesuap nasi dengan ngoding)

gw : “ya gitu dech … ” *senyum cengengesan merasa gak enak ati gara-gara taunya cuma nebeng doang*

mr.X : “tapi IBM ama Oracle kayanya hopeng gitu ya, mereka keliatan kompak”

gw: “kaenya sih begitu, tapi berita terakhir gw tau soal mereka akhirnya IBM merelakan SUN untuk dibeli ama Oracle. Cuma yah dari kantor sih gw liat mereka gak bermasalah. hopeng? ehm .. iya kali ya. Ama SAP juga sih kantor gw mah OK-OK ajah” *sok teknikal nih ceritanya*

mr.X : “elu pake DB ajah ?”

gw : “ehmm klo dulu sih gw pake oracle, terakhirnya di oracle10g … tapi sejak gw pindah gawe jadi make DB2. Bawaan sistem client gw sih begitu”

mr.X : “oh .. elu gak pake SQL Server ?”

gw : “kagak akh … kaenya gw kurang demen, terakhir gw pake buat skripsi gw februari kmaren. Bikin datawarehouse dan analysis service gitu dech. pake versi 2005”

mr.x : “ooo jadi elu lebih demen oracle donk ama SQL Server ?”

gw : “oiya … gw sih demen begitu, walo rada ribet tapi dari segi transaksi dan nanganin load data, oracle masih lebih jago lah dari SQL Server. Dari segi lain juga begitu dech” *belagak sok tau*

mr.x : “ooo gitu toh … gw sih pengen tau juga .. mayan buat bahan referensi” *sambil nyetir dan tatapan mata tajam ke depan, diiringi adegan manggut-manggut kecil*

gw : “ooo … mang loe pake sql Server gitu ya? kagak pernah pake oracle ?”

mr.X : “bukan .. bukan gitu, gw gawe di MICROSOFT Indonesia, jadi gw pengen tau aja gimana pandangan orang terhadap produk kita. Gw kebetulan ada di bagian marketing/pemasaran”

gw : “oooo … ”
*Pasang muka bloon diriingi kulit wajah yang semakin memerah menahan malu, sumpah … kalo malem itu di mobil itu ada kardus, saya akan menyembunyikan muka ke kardus itu sampai merasa saatnya tepat untuk meminta maap*

gw : “wah .. maap … maap, bukan maksud gw begitu. Tapi setau gw sih berdasar apa yang gw alamin yah gitu” *meminta beribu-ribu maap dari pemilik mobil dengan pertimbangan agar saya tidak diturunkan dengan tidak senonoh di tugu tani*

mr.x : “ohh gpp lagi, kebetulan gw bukan di bagian SQL Server, gw di bagian marketing OS nya, jadi menjamin klo pc dan laptop yang dijual ke pasaran itu menggunakan OS Windows kita”

Segitu ajah ceritanya, karena menurut cerita saya itulah hal paling memalukan malam itu. Saya nyerocos dengan suksesnya (nyerocos hal-hal yang sebenarnya menjatuhkan produknya). Itu sebenarnya bukan maksud saya dari hati yang paling dalam, saya hanya mencoba jujur kepada dirinya dan diri saya sendiri tentunya. Tapi dia tetap baik kok dengan mengantarkan saya selamat tiba di kosan saya (setelah sebelumnya mengantar temen yang laen … “hi sisil … apa kabar bu?”)

Pelajaran moral yang saya dapatkan malam itu adalah “beware of nyerocos” …

PS: “thanks pak Renaldi udah anterin gw dan thanks juga tidak nurunin gw di tugu tani setelah gw promo bak sales senior tentang oracle”

Thanks GOD for the graduation

Setelah menjalani masa belajar 2 tahun. Akhirnya gw bisa lulus dengan baik dan nilai gw mencapai target yang udah gw tentuin sebelumnya. Thanks GOD … Sabtu kmaren, tepatnya tanggal 6 juni 2009, gw diwisuda juga. Not a day that I really wanted to … tapi toh ya gpplah gw ikutan wisuda. Apalagi ikut gak ikut tetep ajah gw kudu bayar 500rebo, mending ikutlah … seenggaknya gw bisa numpang narsis difoto …

Ehm … sedikit sedih juga di hari wisuda gw ini. Selain gw kena penyakit demam yang suka naek turun gak jelas, ortu gw juga gak dateng dan ditambah lagi sahabat gw juga gak dateng – yang sebelumnya gw udah ngarep klo dia bakalan dateng. Maka sempurnalah kesedihan gw hari itu.  Pergi ke JCC sendiri, pulang dari JCC sendiri dan akhirnya tiba dengan cepat di kosan dengan perasaan yang sedikit gak jelas ditambah dengan demam yang semakin menyerang. Capek mikirin semuanya … akhirnya gw mutusin buat tidur dengan harapan gw bisa lupain sedikit kekesalan yang ada di hati.

satu yang tetep bikin gw tersenyum …

THANKS GOD … gw udah resmi jadi S.Kom …

Hape oh hape …

Scene ruangan nunjukin gw, partner gw dan seorang client. Jadi ceritanya ini perdana gw di kantor baru buat testing aplikasi. Konon sehari sebelumnya, setelah aplikasi adem ayem gak ada masalah yang cukup bikin heboh malah timbul masalah yang sebenarnya bukan error, cuma sedikit kesalahpahaman.


Jadi berhubung aplikasinya mobile banking, gak heran donk klo cellphone alias ponsel alias HP menjadi barang wajib yang ada di sana.
tok..tuk..tok.. tuk … PIC yang terlibat jalan ke arah kita buat kasih beberapa hp (beda operator) dan beberapa ATM.

A : “Ini nih hape yang bakalan dipake buat test ?”
Gw: “o … ok dech mbak ” *mupeng episode pertama ngeliat hape test …
A : “ini yang N82 … buat mentari, komunikator buat three, trus N73 buat simpati, SE S(sliding) buat XL, dan Nokia 6285 ini buat Fren”
Gw : “oo makasih mbak … ” *mupeng season 2 … sambil menatap nanar ke arah hape gw w700i yang udah paruh baya dengan kondisi menyedihkan seperti …  nongolnya beberapa baret di casing, earphone yang gak jelas raib kemana, ditambah lagi kamera 2 MP yang udah burem dan kadang-kadang malah ngadat, navigator key yang udah oon ditambah lagi keypad yang udah tergores dan jangan tanya tentu saja hape gw itu support 3G apalagi touch-screen.

Batin gw dalam ati, ya ampun … buat test doang pake hape begini. Lah hape gw ini kagak layak test lagi donk. Secara selain udah paruh bayah, ini hape udah gak diproduksi lagi ama soner alasannya sih klasik banget … udah gak trendy. Kan hape sekarang cenderung layar lebar, touch screen dan support 3G buat dipake inetan ditambah lagi ukuran yang cenderung makin besar.

Perenungan gw berakhir sampe di situ, hape gw masih tetep hape jebot … dan sampe detik ini belum niat ganti hape. selain keterbatasan dana .. gw juga belum merasa buth hape high-end ato sejenisnya. Sejebot-jebotnya hape gw, toh masih bisa dipake buat nelepon dan sms-an (sesuai dengan tujuan dasar hp) … Tapi klo ada yang mo sumbangin hape keren ke gw sih gw mah kagak nolak .. ikhlas banget malah  (ngarep mode: ON) …